Saturday, June 22, 2013
Pura Luhur Pasatan jembrana
Pura Luhur Pasatan yang terletak di Dusun Pangkung Jangu kangin Desa Pohsanten Jembrana memang belum begitu banyak dikenal di masyarakat dikarenakan juga karena tempat nya yang di pinggir hutan Pasatan.
Berikut tulisan yang saya muat kembali dari Balipost edisi http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/11/28/bud2.htm
Berikut ini juga dari blog Dayukesuma.wordpress.com saya paste disini :
sumber asli : http://dayukesuma.wordpress.com/2012/09/03/historisejarah-pura-luhur-pasatan/
Keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan pada awalnya merupakan Pura Hulun Swi atau Pura Bedugul panyungsungan krama subak. Tetapi, kini pura yang berada di perbukitan Dusun Dangin Pangkung Jangu, Poh Santen, Mendoyo ini menjadi pura penyungsungan umat Hindu yang ada di Jembrana dan Bali.
Bagaimana asal-usul pura tersebut?
Menurut I Wayan Sentra, salah seorang penglingsir Desa Poh Santen, ditemukannya Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan berawal dari keadaan Subak Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen. Ketika itu, subak lanus tidak pernah menghasilkan (mertha). Selain itu sawah juga diganggu babi berkepala kuning.
Klian Subak I Gusti Made Rebah bersama krama lalu mohon petunjuk di Pura Hulun Swi Pura Bedugul Pecelengan Pedukuhan. Di sana mereka mendapat pawisik, kalau ingin mendapat mertha, pergilah ke utara ke hutan Pasatan. Di sana ada batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Di tempat itulah krama diminta melakukan pemujaan dan permohonan sesuai dengan keinginan.
Krama subak pun berjalan ke tengah hutan dan menemukan tempat yang dimaksud dalam pawisik. Tempat tersebut pertama kali ditemukan Kumpi Sabda. Setelah beristirahat sejenak, mereka pun bersembahyang. Saat bersembahyang, muncul sinar dari batu besar yang membuat kaget krama subak. Usai sembahyang, mereka nunas tirta dan pulang kembali ke rumah. Sejak saat itu, wilayah Pesubakan Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen mulai menampakkan hasil.
Sebagai wujud syukur dan rasa bakti, krama subak pun rutin melakukan persembahyangan di tempat tersebut. Pembangunan pertama dilakukan di batu besar yang memancarkan sinar. Sebagai pemangku pertama ditunjuklah Kumpi Sabda pada tahun 1755. Untuk seterusnya, keturunan Kumpi Sabda-lah yang menjadi pemangku yakni Pan Toyo, Pan Sider dan kini I Wayan Geder.
Sentra menambahkan, sekitar tahun 1939, hutan Pasatan masih merupakan hutan rimba. Belum ada jalan menuju pura. Seiring perkembangan zaman, hutan pun mulai dibuka. Pada tahun 1953 hutan mulai dibuka. Kepada yang membuka hutan, kami minta wilayah pura seluas timur barat 20 depa dan utara selatan 50 depa jangan diganggu. Setelah itu, pada tahun 1971 dilakukan rehab pura secara swadaya, tandas penglingsir yang menjadi klian subak ketiga di Subak Pedukuhan Pecelengan ini.
Selanjutnya pura ini dijadikan Pura Pesimpangan Hulun Danu untuk memuliakan dan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan Dewi Sri yang memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Berikutnya, pura ini disebut Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan ini. Pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan jatuh pada Anggara Kliwon (Anggarkasih) Julungwangi. Setiap tahun sekali, krama subak mengaturkan sarin tahun dan setiap tiga tahun sekali menyelenggarakan ngusabha.
Sebagai pendukung untuk melaksanakan pujawali, Raja Jembrana ke-7 Anak Agung Bagus Negara memberikan satu petak tegal seluas 1985 ha sebagai pelaba pura. Berikutnya, bukan hanya krama subak yang sembahyang di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, warga dari Mendoyo Dangin Tukad, Pergung dan Yeh Kuning pun datang mengaturkan bakti. Saat ini Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan memiliki beberapa pelinggih di antaranya pelinggih Dewa Ayu Mesari Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa, Taksu, Padma, Meru dan Pepelik Ratu Nyoman. Bendesa Pakraman Poh Santen I Gusti Agung Komang Suryadiasa menambahkan, pengempon Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan adalah Subak Ketengking, Semanggon serta Pedukuhan/Pecelengan, sedangkan pekandelnya krama Desa Pakraman Poh Santen.
Pengempon dan pekandel saat ini tengah merencanakan pembangunan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Wakil Bendesa Pakraman Poh Santen I Made Sarka ditunjuk sebagai ketua umum panitia pembangunan. Dia didampingi beberapa pengurus dan anggota.
Sejarah Pasatan
Terkait sejarah Pasatan, ada pawisik yang diterima I Wayan Kendra, sadeg atau pembantu pemangku. Dia mendapatkan pawisik itu tidak berurutan namun setelah dirangkai menjadi suatu yang berkaitan. Rangkaian tersebut berawal dari Batari Hyang Dewi Dhanuh berkeliling Bali. Dalam perjalanan di Bali bagian Barat ditemukan perbukitan yang kering (kasat) karena tak ada air. Beliau pun berlaku sebagai pertapa bergelar Hyang Bahu Daha atau Hyang Bahu Dari. Dari yoganya itu, muncul air dari gunung. Air yang mengalir ke utara menjadi sumber air panas, sedangkan yang ke selatan berupa air dingin yang mengairi sawah.
Beliau juga mayoga mohon putra. Dari yoganya itu muncul dua putra dari bahu. Salah satunya bernama Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Anaknya ini kemudian berjalan ke bukit. Di sebuah batu besar. Hyang Dukuh Sakti Pacekan menancapkan batang plawa dan andong yang diberikan oleh ibunya. Saat itu juga ada sabda, kapan batu yang diapit plawa dan andong ini ditemukan, maka lokasinya akan menjadi khayangan jagat, tutur sadeg yang biasa disapa Mangku Partini ini.
Kisah mengenai babi berkepala kuning ternyata diyakini oleh krama subak. Babi tersebut merupakan ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Karena itulah, menurut Mangku Partini, saat pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, tidak diperkenankan mengaturkan daging babi. Babi itu ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Dia juga menceritakan pawisik mengenai keberadaan Danghyang Nirarta dalam kaitan dengan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Suatu ketika, Danghyang Nirarta kehilangan putrinya. Dalam pencarian tersebut, Danghyang Nirarta bertemu dengan orang tua berpakaian putih yang memberinya petunjuk untuk berjalan di utara bukit. Orang tua itu adalah penguasa yang bergelar Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Singkat cerita, Danghyang Nirarta pun menemukan putrinya Ida Ayu Swabhawa duduk sambil menangis di batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Kepada ayahnya, Ida Ayu Swabhawa mohon ampun dan mohon diberi kasujatmika (ilmu rahasia kepanditaan) untuk menebus doa. Keinginan ini pun dipenuhi Danghyang Nirarta. Sesudah diberikan ilmu itu, Ida Ayu Swabhawa menggaib. Di tempat itu pula Danghyang Nirarta menanam batu mustika yang memancarkan lima warna sesuai arah mata angin.
Danghyang Nirarta juga bersabda, Karena ananda tidak mau kembali, terus menangis di atas batu sampai batu tersebut basah, air mata ananda sebagai Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa dan kapan batu yang diapit oleh pohon plawa dan andong itu diketemukan, tempat ini supaya dijadikan panyungsungan jagat.
Mangku Partini menambahkan, plawa yang berasal dari kata pal berarti kawitan, sedangkan andong berasal dari kata anda dan ong yang merupakan sastra suci.
Sementara itu, lontar Puri Agung Negara juga mencantumkan keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Pada saat Anak Agung Ngurah Jembrana memerintah, beliau memiliki dua putra yakni Anak Agung Gde Agung dan Anak Agung Made Ngurah.
Setelah dua tahun pernikahan, Anak Agung Made Ngurah tidak juga dikaruniai putra. Anak Agung Ngurah Jembrana lalu menyelenggarakan pemujaan di Pura Taman Sari, Batu Agung, Negara. Dalam pawisik yang diterima, Anak Agung Made Ngurah diminta pergi ke hutan Pasatan dan mencari sebuah pelinggih yang sudah rusak. Bila menemukan pelinggih tersebut, bersemedilah mohon kepada Sang Hyang Widhi agar dianugerahi putra.
Pawisik ini kemudian disampaikan kepada Anak Agung Made Ngurah yang selanjutnya berangkat bersama rakyatnya pada tahun 1745. Setelah menempuh perjalanan sambil berburu, mereka masuk hutan yang penuh pacet. Meski demikian, perjalanan tetap dilakukan sampai Anak Agung Made Ngurah menemukan pelinggih yang dimaksud. Dia pun bersemedi dan memperoleh firasat, keinginannya mendapatkan putra akan terwujud. Putra yang lahir itu diberi nama Anak Agung Putu Pasatan.
Read More
Berikut tulisan yang saya muat kembali dari Balipost edisi http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/11/28/bud2.htm
Berikut ini juga dari blog Dayukesuma.wordpress.com saya paste disini :
sumber asli : http://dayukesuma.wordpress.com/2012/09/03/historisejarah-pura-luhur-pasatan/
Keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan pada awalnya merupakan Pura Hulun Swi atau Pura Bedugul panyungsungan krama subak. Tetapi, kini pura yang berada di perbukitan Dusun Dangin Pangkung Jangu, Poh Santen, Mendoyo ini menjadi pura penyungsungan umat Hindu yang ada di Jembrana dan Bali.
Bagaimana asal-usul pura tersebut?
Menurut I Wayan Sentra, salah seorang penglingsir Desa Poh Santen, ditemukannya Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan berawal dari keadaan Subak Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen. Ketika itu, subak lanus tidak pernah menghasilkan (mertha). Selain itu sawah juga diganggu babi berkepala kuning.
Klian Subak I Gusti Made Rebah bersama krama lalu mohon petunjuk di Pura Hulun Swi Pura Bedugul Pecelengan Pedukuhan. Di sana mereka mendapat pawisik, kalau ingin mendapat mertha, pergilah ke utara ke hutan Pasatan. Di sana ada batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Di tempat itulah krama diminta melakukan pemujaan dan permohonan sesuai dengan keinginan.
Krama subak pun berjalan ke tengah hutan dan menemukan tempat yang dimaksud dalam pawisik. Tempat tersebut pertama kali ditemukan Kumpi Sabda. Setelah beristirahat sejenak, mereka pun bersembahyang. Saat bersembahyang, muncul sinar dari batu besar yang membuat kaget krama subak. Usai sembahyang, mereka nunas tirta dan pulang kembali ke rumah. Sejak saat itu, wilayah Pesubakan Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen mulai menampakkan hasil.
Sebagai wujud syukur dan rasa bakti, krama subak pun rutin melakukan persembahyangan di tempat tersebut. Pembangunan pertama dilakukan di batu besar yang memancarkan sinar. Sebagai pemangku pertama ditunjuklah Kumpi Sabda pada tahun 1755. Untuk seterusnya, keturunan Kumpi Sabda-lah yang menjadi pemangku yakni Pan Toyo, Pan Sider dan kini I Wayan Geder.
Sentra menambahkan, sekitar tahun 1939, hutan Pasatan masih merupakan hutan rimba. Belum ada jalan menuju pura. Seiring perkembangan zaman, hutan pun mulai dibuka. Pada tahun 1953 hutan mulai dibuka. Kepada yang membuka hutan, kami minta wilayah pura seluas timur barat 20 depa dan utara selatan 50 depa jangan diganggu. Setelah itu, pada tahun 1971 dilakukan rehab pura secara swadaya, tandas penglingsir yang menjadi klian subak ketiga di Subak Pedukuhan Pecelengan ini.
Selanjutnya pura ini dijadikan Pura Pesimpangan Hulun Danu untuk memuliakan dan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan Dewi Sri yang memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Berikutnya, pura ini disebut Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan ini. Pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan jatuh pada Anggara Kliwon (Anggarkasih) Julungwangi. Setiap tahun sekali, krama subak mengaturkan sarin tahun dan setiap tiga tahun sekali menyelenggarakan ngusabha.
Sebagai pendukung untuk melaksanakan pujawali, Raja Jembrana ke-7 Anak Agung Bagus Negara memberikan satu petak tegal seluas 1985 ha sebagai pelaba pura. Berikutnya, bukan hanya krama subak yang sembahyang di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, warga dari Mendoyo Dangin Tukad, Pergung dan Yeh Kuning pun datang mengaturkan bakti. Saat ini Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan memiliki beberapa pelinggih di antaranya pelinggih Dewa Ayu Mesari Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa, Taksu, Padma, Meru dan Pepelik Ratu Nyoman. Bendesa Pakraman Poh Santen I Gusti Agung Komang Suryadiasa menambahkan, pengempon Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan adalah Subak Ketengking, Semanggon serta Pedukuhan/Pecelengan, sedangkan pekandelnya krama Desa Pakraman Poh Santen.
Pengempon dan pekandel saat ini tengah merencanakan pembangunan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Wakil Bendesa Pakraman Poh Santen I Made Sarka ditunjuk sebagai ketua umum panitia pembangunan. Dia didampingi beberapa pengurus dan anggota.
Sejarah Pasatan
Terkait sejarah Pasatan, ada pawisik yang diterima I Wayan Kendra, sadeg atau pembantu pemangku. Dia mendapatkan pawisik itu tidak berurutan namun setelah dirangkai menjadi suatu yang berkaitan. Rangkaian tersebut berawal dari Batari Hyang Dewi Dhanuh berkeliling Bali. Dalam perjalanan di Bali bagian Barat ditemukan perbukitan yang kering (kasat) karena tak ada air. Beliau pun berlaku sebagai pertapa bergelar Hyang Bahu Daha atau Hyang Bahu Dari. Dari yoganya itu, muncul air dari gunung. Air yang mengalir ke utara menjadi sumber air panas, sedangkan yang ke selatan berupa air dingin yang mengairi sawah.
Beliau juga mayoga mohon putra. Dari yoganya itu muncul dua putra dari bahu. Salah satunya bernama Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Anaknya ini kemudian berjalan ke bukit. Di sebuah batu besar. Hyang Dukuh Sakti Pacekan menancapkan batang plawa dan andong yang diberikan oleh ibunya. Saat itu juga ada sabda, kapan batu yang diapit plawa dan andong ini ditemukan, maka lokasinya akan menjadi khayangan jagat, tutur sadeg yang biasa disapa Mangku Partini ini.
Kisah mengenai babi berkepala kuning ternyata diyakini oleh krama subak. Babi tersebut merupakan ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Karena itulah, menurut Mangku Partini, saat pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, tidak diperkenankan mengaturkan daging babi. Babi itu ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Dia juga menceritakan pawisik mengenai keberadaan Danghyang Nirarta dalam kaitan dengan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Suatu ketika, Danghyang Nirarta kehilangan putrinya. Dalam pencarian tersebut, Danghyang Nirarta bertemu dengan orang tua berpakaian putih yang memberinya petunjuk untuk berjalan di utara bukit. Orang tua itu adalah penguasa yang bergelar Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Singkat cerita, Danghyang Nirarta pun menemukan putrinya Ida Ayu Swabhawa duduk sambil menangis di batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Kepada ayahnya, Ida Ayu Swabhawa mohon ampun dan mohon diberi kasujatmika (ilmu rahasia kepanditaan) untuk menebus doa. Keinginan ini pun dipenuhi Danghyang Nirarta. Sesudah diberikan ilmu itu, Ida Ayu Swabhawa menggaib. Di tempat itu pula Danghyang Nirarta menanam batu mustika yang memancarkan lima warna sesuai arah mata angin.
Danghyang Nirarta juga bersabda, Karena ananda tidak mau kembali, terus menangis di atas batu sampai batu tersebut basah, air mata ananda sebagai Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa dan kapan batu yang diapit oleh pohon plawa dan andong itu diketemukan, tempat ini supaya dijadikan panyungsungan jagat.
Mangku Partini menambahkan, plawa yang berasal dari kata pal berarti kawitan, sedangkan andong berasal dari kata anda dan ong yang merupakan sastra suci.
Sementara itu, lontar Puri Agung Negara juga mencantumkan keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Pada saat Anak Agung Ngurah Jembrana memerintah, beliau memiliki dua putra yakni Anak Agung Gde Agung dan Anak Agung Made Ngurah.
Setelah dua tahun pernikahan, Anak Agung Made Ngurah tidak juga dikaruniai putra. Anak Agung Ngurah Jembrana lalu menyelenggarakan pemujaan di Pura Taman Sari, Batu Agung, Negara. Dalam pawisik yang diterima, Anak Agung Made Ngurah diminta pergi ke hutan Pasatan dan mencari sebuah pelinggih yang sudah rusak. Bila menemukan pelinggih tersebut, bersemedilah mohon kepada Sang Hyang Widhi agar dianugerahi putra.
Pawisik ini kemudian disampaikan kepada Anak Agung Made Ngurah yang selanjutnya berangkat bersama rakyatnya pada tahun 1745. Setelah menempuh perjalanan sambil berburu, mereka masuk hutan yang penuh pacet. Meski demikian, perjalanan tetap dilakukan sampai Anak Agung Made Ngurah menemukan pelinggih yang dimaksud. Dia pun bersemedi dan memperoleh firasat, keinginannya mendapatkan putra akan terwujud. Putra yang lahir itu diberi nama Anak Agung Putu Pasatan.
Friday, June 21, 2013
Pura Dang kahyangan Prapat Agung jembrana
Mungkin banyak yang belum mengenal dan mengetahui keberadaan Pura Dang kahyangan di jembrana. Pura Dang Kahyangan Prapat Agung ini ditemukan di TNBB ( Taman Nasional Bali Barat ) pada tahun 1990.
Keunikan yang terdapat di Pura Prapat Agung ini ada telaga warna yang menjadi suatu tempat spiritual atau persembahyangan umat Hindu baik dari Jembrana maupun seluruh Indonesia.
Piodalan Pura Prapat Agung ini jatuh di tiap Purnama kelima. Tempat dan lokasi Pura ini berada di kawasan hutan lindung. Bisa dijangkau dengan jalur laut dan darat.
sumber: antarabali[dot]com
Read More
Keunikan yang terdapat di Pura Prapat Agung ini ada telaga warna yang menjadi suatu tempat spiritual atau persembahyangan umat Hindu baik dari Jembrana maupun seluruh Indonesia.
Piodalan Pura Prapat Agung ini jatuh di tiap Purnama kelima. Tempat dan lokasi Pura ini berada di kawasan hutan lindung. Bisa dijangkau dengan jalur laut dan darat.
sumber: antarabali[dot]com
Bunut Bolong & Pura Pujangga Sakti Jembrana
Mendengar kata Bunut Bolong sudah pasti kita tertuju ke daerah barat pulau bali yaitu Jembrana. Bunut bolong terletak di desa manggissari Pekutatan Jembrana. Sangat mudah untuk dijangkau karena juga merupakan akses menuju Kabupaten Buleleng dan kabupaten Tabanan.
Nama Bunut Bolong ini berasal dari kata BUNUT dan BOLONG , Bunut adalah nama dari kayu sejenis beringin sedangkan Bolong artinya lubang. Anda bisa melihat di poto bagaimana itu dinamakan Bunut Bolong. jalan yang menembus pepohonan.
Sedangkan Pura Pujangga Sakti yang berada di sekitar Bunut Bolong ini didirikan untuk menghormati Dang Hyang Sidi Mantra seorang mahaguru yang kebetulan lewat beberapa ratus tahun silam.
Dengan pemandangan hutan dan sejuk membuat tempat ini semakin banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Mudah mudahan pemerintah dan masyarakat sekitar tempat ini bisa menjaga dan melestarikan tempat ini.
sumber : google
Read More
Nama Bunut Bolong ini berasal dari kata BUNUT dan BOLONG , Bunut adalah nama dari kayu sejenis beringin sedangkan Bolong artinya lubang. Anda bisa melihat di poto bagaimana itu dinamakan Bunut Bolong. jalan yang menembus pepohonan.
Sedangkan Pura Pujangga Sakti yang berada di sekitar Bunut Bolong ini didirikan untuk menghormati Dang Hyang Sidi Mantra seorang mahaguru yang kebetulan lewat beberapa ratus tahun silam.
Dengan pemandangan hutan dan sejuk membuat tempat ini semakin banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Mudah mudahan pemerintah dan masyarakat sekitar tempat ini bisa menjaga dan melestarikan tempat ini.
sumber : google
Thursday, June 20, 2013
Teman dan sahabat
Seperti judul tulisan yang saya tulis ini berbicara mengenai pertemanan dan sahabat. Akhir akhir ini banyak cara untuk menjalin pertemanan baik secara nyata maupun tidak nyata. Di dunia nyata kita bisa berkenalan dengan seseorang kemudian menjalin komunikasi sebagai mana layaknya berteman, Demikian juga di dunia maya ( Internet dan telephone ) . Kecanggihan tehnologi sekarang dengan menjamurnya situs situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, digg, instagram dan lain lain seakan membuka pintu kembali yang sudah lama tertutup. Kenapa bisa dibilang membuka pintu kembali? Jawabannya sederhana, coba anda bayangkan kita bisa berkomunikasi kembali dengan orang orang atau kerabat yang sudah puluhan tahun tidak diketahui keberadaan nya, contoh ini nyata
Melalui handphone sekarang menjamur Blackberry Messenger, What's up , Kakao Talk, LINE dan lain lain itu semakin mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan teman atau saudara kita.
Seperti yang banyak orang bilang jagalah pertemanan itu jangan sampai retak karena ada sedikit gesekan atau kesalah pahaman. Mempunyai banyak teman dan sahabat akan mempermudah kita untuk bertukar pikiran baik itu kerjaan dan lain lain.
Read More
- Teman teman sekolah ( Alumni ) , ini bisa terkumpul oleh situs jejaring sosial ini sehingga menambah erat pertemanan yang bisa juga menimbulkan efek saling sharing dsb
- Keluarga / teman jauh ( di luar pulau atau di luar negeri ) dengan adanya situs jejaring sosial juga bisa berkumpul membuat group dsb
Melalui handphone sekarang menjamur Blackberry Messenger, What's up , Kakao Talk, LINE dan lain lain itu semakin mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan teman atau saudara kita.
Seperti yang banyak orang bilang jagalah pertemanan itu jangan sampai retak karena ada sedikit gesekan atau kesalah pahaman. Mempunyai banyak teman dan sahabat akan mempermudah kita untuk bertukar pikiran baik itu kerjaan dan lain lain.
Tuesday, June 18, 2013
Di saat aku tua
Di saat aku tua, aku bukan diri ku yang dulu.
Anak ku ,maklumilah diri ku,
bersabarlah dalam menghadapi ku.
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku, Di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu ku. engkau ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajari mu, membimbing mu untuk melakukannya di waktu dulu.
Di saat aku sudah pikun,selalu mengulang-ulang ucapan yang membosankan diri mu. bersabarlah mendengarkan ku, jangan memotong ucapan ku. Di masa kecil mu, aku juga harus mengulang-ulang terus sebuah cerita ribuan kali kepada mu agar kamu bisa tertidur lelap.
Di saat aku membutuhkan mu untuk memandikan ku , janganlah menyalahkan ku, ingatlah di waktu kamu masih kecil , bagaimana aku harus membujuk dengan berbagai cara agar kamu mau mandi.
Di saat aku bingung hal-hal baru dan bingung dengan peralatan teknologi modern ---- jangan mentertawai ku, jangan memarahi ku karena lambat tangkap penjelasan mu. Renungkanlah bahwa bagaimana dulu nya aku dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang kamu ajukan.
Di saat ke dua kaki ku lemah untuk berjalan.---- ulurkanlah tangan mu yang muda dan kuat untuk memapah ku, bagaikan di masa kecil mu , aku juga menuntun mu melangkah kaki untuk belajar berjalan.
Di saat aku selalu lupa topik pembicaran kita saat ngobrol -berilah sedikit waktu kepada ku untuk mengingatnya. Sebenarnya , topik pembicaraan kita tidaklah terlalu penting bagi ku, yang lebih penting adalah ada engkau berada di sisi ku untuk mendengarkan ku, menemani ku melewati sisa-sisa waktu ku. aku sudah bahagia.
Di saat engkau melihat diri ku terus semakin tua, janganlah bersedih. -maklumilah diri ku, dukunglah diri ku melewati hari-hari yang tidak tersisa banyak, seperti aku mendukung mu saat dulu engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Aku tidak menuntut balasan apa-apa, aku hanya ingin engkau terus bersama ku dengan segala cinta kasih mu dan kesabaran mu, sehingga aku bisa tersenyum penuh syukur. Di dalam senyum ku , tertanam cinta kasih ku dan rasa bangga yang tak terhingga kepada mu.
Di kala aku tua. aku merasakan semua akan berakhir. Ternyata lahir - menjadi tua - sakit dan mati benar-benar terjadi pada ku.
Itu sepenggalan kata kata bijak yang sering saya lihat baik di internet ataupun di tempat tempat umum. Kata kata bijak yang sangat menyentuh perasaan ini bia menjadikan kita cermin untuk melangkah ke depan, betapa mulia nya orang tua kita, Di saat mereka muda kita masih anak anak betapa besar kasih sayang yang mereka berikan ke kita tanpa mereka meminta imbalan. Pesan dari saya hargailah orang tua dan orang orang di sekeliling kita.
Read More
bersabarlah dalam menghadapi ku.
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku, Di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu ku. engkau ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajari mu, membimbing mu untuk melakukannya di waktu dulu.
Di saat aku sudah pikun,selalu mengulang-ulang ucapan yang membosankan diri mu. bersabarlah mendengarkan ku, jangan memotong ucapan ku. Di masa kecil mu, aku juga harus mengulang-ulang terus sebuah cerita ribuan kali kepada mu agar kamu bisa tertidur lelap.
Di saat aku membutuhkan mu untuk memandikan ku , janganlah menyalahkan ku, ingatlah di waktu kamu masih kecil , bagaimana aku harus membujuk dengan berbagai cara agar kamu mau mandi.
Di saat aku bingung hal-hal baru dan bingung dengan peralatan teknologi modern ---- jangan mentertawai ku, jangan memarahi ku karena lambat tangkap penjelasan mu. Renungkanlah bahwa bagaimana dulu nya aku dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang kamu ajukan.
Di saat ke dua kaki ku lemah untuk berjalan.---- ulurkanlah tangan mu yang muda dan kuat untuk memapah ku, bagaikan di masa kecil mu , aku juga menuntun mu melangkah kaki untuk belajar berjalan.
Di saat aku selalu lupa topik pembicaran kita saat ngobrol -berilah sedikit waktu kepada ku untuk mengingatnya. Sebenarnya , topik pembicaraan kita tidaklah terlalu penting bagi ku, yang lebih penting adalah ada engkau berada di sisi ku untuk mendengarkan ku, menemani ku melewati sisa-sisa waktu ku. aku sudah bahagia.
Di saat engkau melihat diri ku terus semakin tua, janganlah bersedih. -maklumilah diri ku, dukunglah diri ku melewati hari-hari yang tidak tersisa banyak, seperti aku mendukung mu saat dulu engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Aku tidak menuntut balasan apa-apa, aku hanya ingin engkau terus bersama ku dengan segala cinta kasih mu dan kesabaran mu, sehingga aku bisa tersenyum penuh syukur. Di dalam senyum ku , tertanam cinta kasih ku dan rasa bangga yang tak terhingga kepada mu.
Di kala aku tua. aku merasakan semua akan berakhir. Ternyata lahir - menjadi tua - sakit dan mati benar-benar terjadi pada ku.
aku benar-benar khawatir, aku ingin ada orang yang memberi ku
harapan, memberi ku semangat untuk mejalani sisa-sisa waktu ku.
Di kala tubuh ku mulai rapuh, semangat ku pun turun dengan cepat. aku sudah tidak ingin pergi ke mana-mana. aku sudah tidak memiliki energi untuk semua itu.--- aku sebenarnya merasa sangat kesepian. jika ada engkau di sisi ku, aku sudah senang, walaupun hanya sebentar, jadi sering2 seringlah mengunjungi ku...
Di saat aku sudah tak berdaya, aku tahu bahwa tidak ada yang kekal, termasuk diri ku. aku mulai selalu memikirkan masa lalu ku. aku mulai menyesali banyak hal yg tidak aku lakukan dengan benar dulu nya.
aku
ingin engkau memaafkan ku. aku ingin engkau tahu betapa berarti nya
dapat menguasai diri dan bertindak yang benar semasih muda. Di kala tubuh ku mulai rapuh, semangat ku pun turun dengan cepat. aku sudah tidak ingin pergi ke mana-mana. aku sudah tidak memiliki energi untuk semua itu.--- aku sebenarnya merasa sangat kesepian. jika ada engkau di sisi ku, aku sudah senang, walaupun hanya sebentar, jadi sering2 seringlah mengunjungi ku...
Di saat aku sudah tak berdaya, aku tahu bahwa tidak ada yang kekal, termasuk diri ku. aku mulai selalu memikirkan masa lalu ku. aku mulai menyesali banyak hal yg tidak aku lakukan dengan benar dulu nya.
Itu sepenggalan kata kata bijak yang sering saya lihat baik di internet ataupun di tempat tempat umum. Kata kata bijak yang sangat menyentuh perasaan ini bia menjadikan kita cermin untuk melangkah ke depan, betapa mulia nya orang tua kita, Di saat mereka muda kita masih anak anak betapa besar kasih sayang yang mereka berikan ke kita tanpa mereka meminta imbalan. Pesan dari saya hargailah orang tua dan orang orang di sekeliling kita.
Thursday, June 13, 2013
Pura Lingsar Lombok
Pura Lingsar yang berada di Nusa Tenggara barat tepatnya kurang lebih 7 km sebelah barat Narmada dan 15 km dari kota mataram. Dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk
melambangkan keselarasan dan kesatuan antara Hindu Bali dan Muslim Sasak.
Saya sendiri berkunjung ke Pura Lingsar , disana ada sudah disediakan tempat untuk umat yang menginap disana ( Mekemit ). Berikut beberapa photo yang saya ambil di Pura Lingsar
Read More
Saya sendiri berkunjung ke Pura Lingsar , disana ada sudah disediakan tempat untuk umat yang menginap disana ( Mekemit ). Berikut beberapa photo yang saya ambil di Pura Lingsar
Pura Dang kahyangan di Jembrana
Seperti judul yang saya tuliskan , pura dang kahyangan di jembrana ini saya akan sedikit menuliskan pura pura tersebut, sesuai dengan apa yang saya sendiri lakukan. Tirta yatra ke pura pura dang kahyangan , di awali dengan pura Srijong di Kabupaten Tabanan tepatnya di Kecamatan Bajra sebelah pantai Soka.
Melanjutkan perjalanan ke arah barat menemukan Pura Rambut Siwi.Pura rambut siwi terletak di Desa Yeh Embang kecamatan Mendoyo Jembrana. Sebagai pura banyak para umat yang mampir di pura untuk melakukan persembahyangan atau sekedar minta Tirta agar selamat dalam perjalanan.
Dilanjutkan dengan ke arah barat menuju Pura Perancak. Terletak di Desa Perancak Jembrana. Pura yang sangat megah dengan ornamen dan ukiran yang baru. berikut saya tampilkan beberapa photo di Pura Perancak
Setelah selesai di Pura Perancak , dilanjutkan perjalanan ke Pura Amerta Sari , Terletak di Sebelah selatan kota Negara. Pura Amerta Sari ini sekarang sedang dalam tahap renovasi. berikut beberapa poto yang sempat di ambil di Pura Amerta Sari
Setelah selesai di Pura Amerta Sari, perjalanan dilanjutkan ke Pura Jati di Sebelah selatan kota negara juga. Pura jati sangat unik karena sesuai namanya Pura jati terdapat pohon jati yang umurnya sudah tua. Dari batang pohon tersebut terdapat sumber air suci ( Tirta ) yang konon air tersebut tidak pernah habis. Suasana di Pura Jati sangatlah mendukung untuk persembahyangan dan Mekemit disana. terdapat wantilan yang luas dan parkir yang luas. Berikut saya sertakan beberapa photo di Pura Jati
Read More
Melanjutkan perjalanan ke arah barat menemukan Pura Rambut Siwi.Pura rambut siwi terletak di Desa Yeh Embang kecamatan Mendoyo Jembrana. Sebagai pura banyak para umat yang mampir di pura untuk melakukan persembahyangan atau sekedar minta Tirta agar selamat dalam perjalanan.
Dilanjutkan dengan ke arah barat menuju Pura Perancak. Terletak di Desa Perancak Jembrana. Pura yang sangat megah dengan ornamen dan ukiran yang baru. berikut saya tampilkan beberapa photo di Pura Perancak
Setelah selesai di Pura Perancak , dilanjutkan perjalanan ke Pura Amerta Sari , Terletak di Sebelah selatan kota Negara. Pura Amerta Sari ini sekarang sedang dalam tahap renovasi. berikut beberapa poto yang sempat di ambil di Pura Amerta Sari
Setelah selesai di Pura Amerta Sari, perjalanan dilanjutkan ke Pura Jati di Sebelah selatan kota negara juga. Pura jati sangat unik karena sesuai namanya Pura jati terdapat pohon jati yang umurnya sudah tua. Dari batang pohon tersebut terdapat sumber air suci ( Tirta ) yang konon air tersebut tidak pernah habis. Suasana di Pura Jati sangatlah mendukung untuk persembahyangan dan Mekemit disana. terdapat wantilan yang luas dan parkir yang luas. Berikut saya sertakan beberapa photo di Pura Jati
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Blog Archive
Popular Posts
-
Seperti judul yang saya tuliskan , pura dang kahyangan di jembrana ini saya akan sedikit menuliskan pura pura tersebut, sesuai dengan apa ...
-
Yang dalam hal ini semua mahluk di dunia ini memerlukan kasih sayang atau welas asih antar sesama umat. Banyak yang perlu kita pelajari da...
-
Mungkin banyak yang belum mengenal dan mengetahui keberadaan Pura Dang kahyangan di jembrana. Pura Dang Kahyangan Prapat Agung ini ditemu...
-
ilustrasi pakaian sopan ke pura image dari google image Pakaian ke Pura belakangan ini menjadi sorotan dari berbagai kalangan masyarak...
-
Seperti judul yang saya tuliskan , sekarang ini diputar di salah satu televisi swasta tanah air serial dari India yaitu Mahabharata, Seper...
Like us on facebook
© Dharma suci Welas asih Saling berbagi 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool